Pressiwa.com - Siapa yang tidak tau bangunan Acropolis, Acropolis merupakan jejak sejarah kompleks istana dan tempat suci raja-raja Athena Yunani. Bangunan ini dibuat mulai 445 SM. Tapi pemukiman Acropolis ramai sejak 3000 tahun SM.
Bahkan gua-gua di bukit ini sudah berpenghuni sejak 30.000 tahun yang lalu. Setua gua-gua kars purba di Sulawesi dan di tempat-tempat lain di Indonesia.
Hebatnya, kompleks pemukiman Acropolis masih bertahan hingga sekarang. Berdiri rumah-rumah, kantor, toko-toko, dan lembaga-lembaga pendidikan di kota ini. Kota Athena, karena itu, merupakan salah satu kota purba yang paling tua yang masih bertahan.
Pada masa istana Acropolis dibangun, banyak ilmuan dan filosof lahir. Ada lembaga universitas yang melahirkan filosof-filosof terkemuka. Mereka di antaranya adalah Plato, Socrates, Aristoteles, dan lain-lain.
Nama-nama yang lebih tua adalah Archimedes, Pythagoras, Herodotus, dll. Jadi sejarah Yunani dimulai dari masa-masa ribuan tahun sebelum masehi.
Bandingkan dengan sejarah Nusantara yang catatan sejarahnya paling tua bertarih 400 M. Kerajaan Kutai di Kalimantan bertarih 400 M. Kerajaan Mulawarman di Jawa Barat juga 400 M. Kerajaan Keling di Jepara bertarih sekitar 530 M.
Dan semua kota-kota kerajaan sudah tidak berbekas dan sepi. Ini berbeda dengan kompleks Istana Acropolis yang masih ramai.
Mirip dengan kota Athena adalah Yerusalem di Palestina. Kota ini juga dimulai dari Nabi Daud dan Sulaeman yang tarihnya sekitar 800 tahun sebelum masehi.
Dalam sejarah, Yerusalem melahirkan para nabi. Jika dilihat dari kronologi waktu, pertumbuhan dan perkembangan kota purba Athena dan Yerusalem hampir sekurun. Keduanya berkembang memajukan bangsanya dengan metode yang berbeda.
Athena melahirkan banyak filosof yang berbasis akal. Sedangkan Yerusalem melahirkan para nabi yang berbasis wahyu. Keduanya dalam sejarah peradaban manusia saling bersaing memperebutkan “pengikut” melalui pengaruh-pengaruhnya.
Produk akal dan wahyu ikut membentuk perkembangan sejarah Barat dan Timur (Tengah) hingga sekarang. Bangsa-bangsa lain juga mengikuti dua arus utama ini, termasuk Nusantara. Pemikiran Barat lebih condong mengikuti dengan basis riset-riset di lapangan.
Sementara Timur lebih condong ke pemikiran emosional dengan karakter lebih reflektif, teologis, dan spiritual. Hasil peradaban dua metode ini dapat di analisa sekarang antara Barat dan Timur.
Namun harus diakui bahwa sekarang sudah saling meminjam antar dua peradaban purba ini. Barat dan Timur secara bergantian memakai pemikiran riset dan emosional sekaligus.
Tapi, hasilnya tidak sepadan karena DNA sudah terlanjur menempel dan membelenggu. Terlihatlah sekarang terjadi kesenjangan: Barat sangat maju dan melesat jauh sementara Timur tertinggal, dan terus dihantui konflik-konflik politik dan teologis. Persaingan purba antara Athena dan Yerusalem nampak berlanjut hingga kini dengan pengikut setianya masing-masing.
Tidak ada lagi filosof-filosof unik dari Athena. Juga tidak ada lagi nabi-nabi dari Timur Tengah dewasa ini. Athena dan pengikutnya (Amerika dan Eropa), kini melahirkan para saintis, dan ilmuan-ilmuan kelas dunia dengan riset-risetnya yang hegemonik bagi modernitas.
Sementara Timur melahirkan ulama-ulama dengan karya-karya tafsir dan fikihnya, yang di sisi lain terpecah ke dalam mazhab-mazhab dan pertengkaran sektarian. Saat mengunjungi situs dan pemukiman Acropolis di Athena ini imajinasi saya jadi liar.
Mengapa bangsa Yunani lebih awal menggerakkan peradaban yang hasilnya bisa bertahan dalam peradaban Barat Eropa? Mengapa tidak dari Timur? Di Timur sebenarnya sudah lebih awal lewat peradaban Mesopotamia dan Mesir Kuno.
Sungai Eufrat dan Tigris di Persia mengawali masa-masa awal peradaban berbasis air. Juga di Mesir dengan sungai Nilnya.
Bahkan huruf-huruf awal mula tulisan ditemukan di sini. Tapi mengapa warisannya adalah perpecahan? Apakah ini takdir? Yunani modern memang terancam bangkrut. Paling miskin di antara negara-negara Uni Eropa.
Tapi tanpa jasa Yunani (dan juga Rumawi) Barat tak pernah semaju sekarang. Saat Islam berjumpa pertama dengan peradaban Greko-Rumawi berhasil memetik hikmah dengan mengadopsinya dan mengembangkannya menjadi peradaban hibrida.
Sayang, perjumpaan kedua di zaman modern dengan peradaban Barat (warisan Yunani-Rumawi) belum berhasil. Dunia Islam gamang melakukan respons modernitas. Padahal dunia terus berputar dengan cepatnya. Kita ketinggalan kereta.
EmoticonEmoticon