Pressiwa.com - Tuan Besar Jokowi setidaknya pernah berujar bahwa ia rindu untuk di demo rakyat. Menurutnya, pemerintah itu butuh pengawasan, atau dikontrol dari rakyat, salah satunya lewat kegiatan berdemonstrasi oleh rakyat, bukan dikontrol oleh elit partai politik.
Jokowi juga menambah bahwa jika tak ada peringatan kepada pemerintah mana kala terjadi kekeliruan, itu termasuk hal yang keliru.
Demikian uraian Tuan Presiden Jokowi, yang ia pidatokan pada acara Indonesian Young Changemarker Summit (IYCS), Gedung Merdeka, Bandung, Jawa Barat. Pidato Jokowi supaya dirinya untuk di demo ini diunggah di youtube pada tahun 2012, beberapa bulan sebelum ia diangkat menjadi Gubernur DKI Jakarta.
Tampaknya perintah untuk mendemo dirinya, mana kala ada kekeliruan kini pupuslah sudah harapan itu. Lihatlah saja demo yang dipertunjukan para mahasiswa, buruh, dan nelayan pada peringatan krusial tiga tahun pemerintahan Jokowi-JK.
Presiden Jokowi tidak tampak batang hidungya. Memberikan jawaban atas keresahan para pendemo yang terdiri dari, mahasiswa, BEM se-Indonesia, nelayan, serta buruh.
Jokowi juga tak menyediakan makan serta minum (seperti yang ia pidatokan tahun lalu) kepada para pendemo yang memulai aksi long march dari Monumen Kuda hingga Istana Negara. Sebagai upaya untuk ikut serta mengevaluasi jalanya pemerintahan Jokowi-JK selama tiga tahun.
Demonstrasi yang dilakukan para mahasiswa, buruh, dan BEM ini bertujuan untuk menuntut kinerja pemerintahan Jokowi-JK yang dinilai tuli terhadap isu segregasi sosial, terutama bagi rakyat jelata.
Kesenjangan sosial dinilai terasa begitu tinggi. Infrastruktur yang telah dibangun besar-besaran selama ini dinilai lebih menguntungkan kelas elit, serta warga kelas menengah atas.
Hal lainya, para pendemo juga menuntut adanya kejelasan proses peradilan. Karena banyak dari para pejabat partai pendukung yang dinilai tak mempan di sentil dengan produk hukum. Diantaranya pejabat yang kebal hukum itu, salah satu contohnya Setya Novanto.
Namun, apa hendak dikata, jago tak kunjung berkokok hingga fajar menyingsing. Sampai malam datang menggelapkan langit yang kelam, Jokowi tak terlihat batang hidungya. Bersama seonggok tenaga serta keyakinan penuh, bisa menyampaikan langsung tuntutan keluh kesah rakyat kepada Presiden, para pendemo memutuskan tetap bertahan hingga pukul 21.00 malam.
Karena tak mau dibubarkan, dan melanggar batas waktu melakukan demonstrasi. Akhirnya pihak polisi yang mengamankan jalanya aksi demo terpaksa menangkapi para demonstran. Hingga terjadi kericuhan yang cukup serius. Para pendemo yang berhasil ditangkap setidaknya terdapat 14 orang.
Ke empat belas para pendemo kemudian dibawa aparat kepolisian ke Polda Metro Jaya. Alasan dilakukan penangkapan karena, mereka divonis merusak fasilitas umum.
Alih-alih transportasi publik maupun cendela perkantoran yang dirusak, ternyata yang dirusak pot-pot bunga di Patung Kuda, serta kawat berduri milik pihak aparat Kepolisian yang dijadikan sebagai dasar penangkapan.
Dari keempat belas mahasiswa yang telah dibawa ke Polda Metro Jaya. Dua belas di antaranya ditetapkan tak bersalah, serta dipulangkan. Sedangkan yang dua harus menjalani proses penyelidikan intensif. Namun kemudian akhirnya ditetapkan sebagai tersangka.
Jika memang demikian adanya para pendemo itu nyata-nyata telah merusak pot bunga dan kawat berduri. Ya memang sangat setuju jika diberikan pelajaran.
Bagaimanapun juga pot yang dirusak itu duit rakyat. Pot juga rumah utama dimana tanaman bisa hidup tumbuh subur, yang harus dijaga kelestarianya. Sebagai pembaca Pressiwa yang baik, tentu sampeyan juga harus ikut merawat fasilitas publik. Agar cucu-cuku kita, kelak bisa ikut memakainya.
Tapi, ada sedikit pertanyaan aneh serta sedikit menggelitik. Dari beberapa unggahan video di Youtube yang viral belakang ini. Terdapat pendemo yang kepalanya bocor keluar darah. Apa mungkin mereka merusak pot bunga menggunakan kepalanya kali ya?
EmoticonEmoticon