Pressiwa.com
- Pada tontonan sinetron menye-menye. Tokoh dan penokohan sebuah peran
cenderung singular. Artinya satu tokoh biasannya hanya mewakili satu karakter
saja. Misalnya tokoh antagonis, atau protagonis. Begitupun dengan tontonan
drama pun penokohannya cenderung singular juga.
Saya yang
sekolah di jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra sering mementaskan pertunjukan
keduanya di pentas-pentas gelanggan budaya di Kota Solo, kebetulan aku bertugas
sebagai perancang skenario. Para penonton seolah sudah paham si Mimin ini tokoh
jahat, si Mumun tokoh baik, si Mumet (eh si Memet hehe) tokoh penengah. Jadi seolah-olah
tokohnya mudah ke tebak.
Bagi kalian,
gaes-gaesquu, muda-mudi Pemalang poeenyax. Terutama bagi para muda-mudi yang
ngaku syantiik maksimal dan gantenge poul. Kalian harus melihat pertunjukan
seni peran yang sama sekali berbeda.
Nih, saya tawari
kalian buat nonton teater monolog berjudul Balada Sumarah karya Tentrem
Lestari. Teater ini menceritakan tokoh tunggal (monosentris) bernama Mbakyu
Sumarah. Karakter Sumarah di sini cenderung hipokrisi-kompleks. Artinya ia
mempunyai banyak karakter. Dalam dunia sastra lama, Sumaroh seperti Dasamuka.
Ia tokoh baik, tapi sekaligus jahat, dan punya karakter lain yang berubah-ubah.
Tentrem
Lestari membuat Sumarah tampak garang sangat. Kegarangan dan kekemlitian sifat
seorang Sumarah terlihat saat ia membunuh majikannya sendiri. Di sini kita
melihat bahwa Sumarah adalah karakter bengis. Tapi ya namanya saja Sumarah, ia
adalah sosok wanita Jawa Tulen. Ia juga punya sisi yang melankolis, pesimistis,
analitis, idealis, dan is is yang lain, (tapi karakter mringis gakda ya, hehe).
Tokoh Sumarah
sebetulnya potret kehidupan masyarakat kita yg cenderung terjebak dalam
kubangan strata sosial. Orang akan terlihat terpandang jika ia punya jabatan
tinggi. Posisi seseorang dalam strata sosial kemudian dilihat dari sisi
matrealisme (filsafat Karl Max – Das Capital). Sumaroh ingin jadi PNS, sebuah
profesi yang konon katanya sosok mantu idaman, sama kayak guru (hehe mempromosikan
diri). Wah, betul-betul tjuakep pisan ya ceritanya. Yo cakep to cuk, namanya
juga pertunjukan teater berkualitas.
Sumarah
sendiri nanti akan diperankan oleh Annisa D’khomsah (Anisa Delima ). Sementara
sutradaranya Edi Pemalangan (Mas Edi).
Perempuan asal Dukuh Salam, Desa Datar,
Kec. Warungpring ini kepiawaiannya dalam seni peran sudah tidak diragukan lagi.
Apalagi ia telah lama bergabung dengan aneka sanggar seni. Ia juga bergabung
dengan PMII untuk mengasah kepekaan sosialnya dalam membaca naskah-naskah
pergerakan. Saya sendiri sudah tahu kemampuanya, saat berjumpa dengannya. Tidak
salahlah kalau panggung pertunjukan Balada Sumaroh ini sepenuhnya untuk Annisa.
Ciyeee, ciyee,
ciye ? Gaes-gaesquuu penasaran ya pingin nonton pertunjukan teater ini. Kalau
penasaran silakan kalian bisa nonton pertunjukan teater ini pada tanggal 4
Agustus 2018. Tempatnya di Ponpes Az-Zahra Sungapan Pemalang pukul 08.00 Wib.
Catat tanggal mainnya ya.
Penulis Lutfi Aminuddin
Pemred Redaksi Pressiwa
EmoticonEmoticon