Pressiwa.com - Jika merasa bahwa waktu
berjalan begitu cepat dan kita kadang merasa capek dengan kegiatan sendiri,
kamu tidak sendirian! Semua orang mengalami pengalaman yang sama. Kok bisa,
sih, hal seperti itu terjadi?
Cara terbaik untuk merusak hari Minggu seseorang
adalah dengan mengingatkannya bahwa besok sudah Senin lagi. Mamaam! Hari Senin menjadi menyeramkan ketika kita ingat betul,
bahwa kamu sudah harus bekerja lagi, padahal selama akhir Minggu belum
ngapa-ngapain; cucian masih numpuk, kamar berantakan, bakulan keteteran, tugas
kampus belum dikerjakan ? Apa itu tugas kampusnya ?. *pura-pura lupa ingatan*
dan kamu pasti akan mbatin kenapa Senin datang begitu cepaaaaat
sih bebebquh?
Katanya, waktu berlalu menjadi lebih cepat karena kita
menikmatinya. Atau bisa juga kita tenggelam dalam kegiatan yang menyenangkan,
yang membuat kita lupa waktu. Heleh, mana ada kayak gitu. Kenyataannya, waktu
tetap berlalu cepat meskipun kita sedih atau stres dengan pekerjaan. Kalian
pasti pernah merasakan tegangnya berpacu dengan deadline, secepat apapun kita
bekerja, rasanya waktu berlalu lebih cepat dari yang seharusnya.
Padahal, jika menarik ingatan ke belakang, saat kita
kecil, waktu rasanya berjalan sangat lambat. Waktu itu kita semua merasa punya
porsi 24 jam yang sama, waktu siang sepulang sekolah terasa sangat panjang
hingga kita bisa tidur siang, main layangan, main rumah-rumahan, main bonekaan,
main bekelan, main sepedaan, main bola bersama teman, sampai membangun
peradaban.
Waktu siang baru selesai, sampai kita gak kerasa
disuruh pulang oleh orang tua, karena harus mandi dan mengaji sampai Magrib.
Malam hari pun terasa sama panjangnya karena kita bisa mengerjakan PR, main PS,
sampai bisa nonton layer tancep di lapangan desa. Saat itu, waktu berjalan
lambat meskipun kita menikmati semuanya.
Jika bukan perkara menikmati atau tidak, lalu apa yang
membuat waktu berjalan begitu cepat? Nah loh, jangan-jangan ini perkara
hubungan umur dan waktu? Makin tua, waktu terasa makin cepat, apa bener kayak
gitu??
Sains ternyata punya penjelasan mengenai fenomena ini.
Saintis menjelaskan secara rumit fenomena ini mulai dari aspek psikologis,
sosiologis, sampai neurosains (ngerti neurosains gak?!) yang kalau
disederhanakan, mereka menyimpulkan bahwa memang benar ada hubungan antara usia
dan persepsi kita terhadap waktu.
Ketika kweciiiiil,
hampir ada segala hal adalah sesuatu yang baru, sehingga kita menaruh perhatian
lebih banyak terhadap apa yang terjadi di sekeliling. Saat itu, ada banyak hal
menarik yang bisa dilakukan, diamati, dan dijelajahi. Segala kebaruan yang
terjadi terus-menerus inilah yang menghasilkan memori, yang membuat waktu saat
itu terasa lebih lambat ketika kita mengingatnya kembali.
Segala hal baru ini terus meningkat ketika kita tumbuh
menjadi remaja. Hal ini dipengaruhi oleh lebih banyak kebebasan yang menghasilkan
lebih banyak pengalaman baru. Seiring berjalannya waktu, semakin tua, karena
semakin sedikit memori unik yang kita buat, kehidupan semakin penuh repetisi.
Periode waktu ini akan kita alami sebagai waktu yang lebih singkat.
Dampaknya adalah, tahun-tahun masa kecil kita yang
penuh memori akan terasa lebih panjang. Sangat berbeda jika dibandingkan
tahun-tahun kita sebagai orang dewasa yang hanya memiliki sedikit memori
menarik yang disimpan. Coba kamu bayangkan deh, Beb, masa kecil kamu, waktu
berasa begitu lambat kan sayankquh ?
Ini sama seperti ketika tidur dan bangun delapan jam
kemudian. Terkadang, kita merasa bahwa waktu semalaman yang kita lalui untuk
tidur itu terasa hanya terjadi beberapa detik saja. Hal ini terjadi karena
ketika tidur, otak kita berhenti memproses memori baru. Makanya, jangan heran
jika bertahun-tahun terasa cepat ketika otak kita menghabisakan waktu itu dalam
rutinitas tanpa membuat pengalaman baru.
Penjelasan lain yang muncul untuk menjelaskan fenomena
ini adalah, sebagai orang dewasa, kita menghabiskan waktu untuk mengantisipasi
dan mengkhawatirkan hal yang belum terjadi. Akibatnya, kita melewatkan kejadian
yang terjadi saat ini. Belum lagi kita juga sering terjebak dengan memori
(indah bersamanya) di masa lalu sehingga kita lupa dengan yang terjadi saat
ini.
Sebagai manusia yang tidak punya mesin waktu seperti
Zidan dan pak Haji, tentu kita tidak ingin menyesal karena merasa kehilangan
banyak waktu tanpa menyelesaikan apa-apa. Wqwqwq.
Kita pun juga tidak ingin menjadi budak waktu, lalu
terus menerus hidup produktif karena takut kehilangan waktu sampai lupa untuk
bahagia bersama pasangan dan teman-teman, wqwqwq.
Untuk hal ini, mari sama-sama kita ucapkan terima
kasih kepada para saintis. Selain memberi penjelasan, sains juga memberikan
cara untuk kita bisa “melambatkan” waktu.
Hal pertama yang dianjurkan saintis adalah memulai hidup di
masa sekarang dengan tidak terjebak dengan kenangan bersamanya pada
hari kemarin dan berhenti mengkhawatirkan apa yang akan terjadi besok. Jalani
semuanya dengan kesadaran bahwa setiap hari adalah hari baru dan pengalaman
baru, hari ini selalu berbeda dengan kemarin, dan yang terjadi hari ini tidak
akan terulang lagi pada hari lain sehingga kita akan lebih penasaran dan
semangat dalam menjalani hari ini.
Yang kedua adalah mulai membuat sebuah daftar agar
kita punya cukup waktu untuk menyelesaikan pekerjaan. Bikin daftar mulai dari
hal-hal kecil yang bisa dikerjakan dengan cepat. Jika kalimat “Hari ini harus
ngaji haflan jus 14,” atau “Hari ini membuat laporan bulanan,” terdengar
terlalu berat dikerjakan, coba uraikan menjadi tugas yang lebih kecil dan tidak
membebani seperti “Hari ini aku mengaji 2 surat pendek”, “Hari ini merekap
pengeluaran Minggu lalu.” Kepuasan melakukan suatu kemajuan meskipun hal kecil,
akan membuat kita merasa bahwa waktu berjalan tidak sia-sia.
Hal ketiga adalah mencoba hal baru. Buat hari-harimu
menjadi tidak lagi membosankan, sehingga kita mempunyai alasan untuk
bersemangat dan menantikan sesuatu yang menarik. Atau jika mencoba hal baru
terdengar terlalu mengeluarkan usaha, coba lakukan rutinitas dengan urutan yang
acak sehingga tidak lagi terasa seperti rutinitas.
Buat setidaknya satu memori berkesan setiap harinya.
Maksudnya supaya otak bisa merekam memori berkesan itu sehingga ingat bahwa
kita sudah melakukan sesuatu yang menyenangkan. Dengan kata lain, ketika
ditanya “Kemarin kamu ngapain?” bakal ada yang bisa kamu jawab selain “Mmm…apa
ya, lupa, cuman kerja aja kayanya.”
Terakhir, ini bukan saran dari saintis lho ya, tapi
saran dari kru Pressiwa. Jangan lupa banyak-banyakin ibadah dan amal saleh.
Baik ibadah muamalah : sholat, puasa, baca Al-Quran, dll, maupun ibadah sosial
: Silaturahmi, berbagi rezeki, ngajar ilmu, dll. Karena kedekatan kita dengan sang pembuat
hidup, Allah SWT. Segala rutinitas yang melelahkan itu, akan berubah menjadi penuh
dengan kebagiaan.
EmoticonEmoticon