Pressiwa.com - Mbakyu Nikita Mirzani, gimana kabar sampeyan ? Saya dengar
sampeyan sekarang sudah memantapkan diri memakai jilbab ya? Jika sudah saya
ikut senang, apalagi sampeyan kan dulu alumni pesantren Gontor. Jadi saya
yakinlah pilihan Mbakyu Nikita Mirzani itu pasti sudah sesuai dengan pemahan
keagamaan Mbakyu Nikita yang sudah didapatkan selama study di Gontor.
Mbakyu Nikita Mirzani, jika ada netizen yang bilang wajah Mbakyu lebih cantik setelah pakai jilbab. Mbakyu jangan percaya, percayalah jilbab tak ada kaitannya sama sekali dengan pancaran kecantikan. Lha wong yang sudah jilbaban saja belum tentu mudah dapat pasangan dan dianggap cantik kok, Mbakyu.
Di era sekarang, cantik atau tidaknya seorang perempuan itu dinilai dari kualitas jilbabnya : mahal gak, modis gak, dan jilbabnya kekinian gak. Atau paling tidak, make up yang digunakan mahal gak.
Begitulah industri mode jilbab yang berkembang saat ini. Ketika jilbab masuk kedalam dunia industrialisasi , maka jilbab mengalami pergeseran nilai
kesakralanannya . Jilbab bukan lagi menjadi simbol ketaatan terhadap Tuhan.
Tapi kini sudah jadi semacam pengukur strata sosial dan tren mode.
Para perempuan yang sudah dari kecil berjilbab dan mengenyam study pesantren di lembaga NU-Muhammadiyah aja jarang dipuji cantik Mbakyu. Soalnya mbak-mbak
berjilbab yang tinggal di pondok pesantren itu hanya pake sabun mandi murahan.
Jilbab yang dipakai juga paling yang harganya 35 ribu. Yang sederhana-seder hana
saja.
Sebetulnya kalau motivasi berjilbab ingin mendapatkan laki-laki sholeh dan intelek. Jilbab yang dipakai gak mewah dan bedakan yang sederhana saja gak masalah kok, Mbakyu. Toh justru laki-laki malah sebetulnya lebih suka yang sederhana-hana saja.
Tuntutan untuk tampil modis itu hanya tren idustrialisasi saja. Merek-merek jilbab berlomba-lomba mengenalkan model-modelnya yang ujung-ujungya kepentingan kapital perusahaan. Jadi tampil modis atau tampil sederhana itu harus datang dari hati Mbakyu Niki. Bebas-bebas saja memilih, sementara bagi para laki-laki intelektual gakda korelasinya tertarik sama perempuan hanya karena jilbabnya yang mewah-mewah seperti yang diiklan-iklanka n.
Mbakyu Nikita Mirzani, kebetulan saya denger berita di tv-tv Mbakyu lagi ada masalah sama Pakde Suami, Dipolatif. Saya paham, Mbakyu Nikita sakitnya bukan main jika kondisi rumah tangganya sedang tidak baik begitu. Tapi Mbakyu Nikita harus tetap tegar, setiap permasalahan pasti ada solusinya.
Makanya saya yakin hijrah Mbakyu Nikita itu ada betulnya juga. Ketika ada masalah dan tidak bisa diselesaikan lewat jalur diplomasi manusia, mendekatkan ke jalan spiritual memang kondisi yang tepat. Saya yang seminggu gak maem mie ayam aja jadi suka lebih khusu berdoa kok, Mbakyu. Dengan berdoa berharap ada yang traktir saya mie ayam, hehe.
Walaupun begitu, ada beberapa pesan yang saya bagikan buat Mbakyu Nikita Mirzani. Pesan ini saya teliti secara empiris nan berdarah-darah dari proses hijrahnya artis.
Saya amati, Mbakyu Shiren Shunkar dulu berhijrah konon katanya karena Teuku Wisnu takut tak bisa masuk surga karena istrinya gak berjilbab. Jujur saya lelah dengan video ceramah ustad di Youtube yang selalu menganggap perempuan suber dosa. Ceramah seperti itu sangat bias gender dan misoginis.
Saya punya teman yg ayahnya berpoligami, kata teman, ayahya suka maen kasar sama ibu dan adiknya dengan alasan ibunya tak memakai jilbab. Sedangkan ibunya diberi nafkah pun tidak. Ayahnya malah ngeluyur dengan isteri keduanya begitu saja.
Disitu saya mikir, kenapa tidak banyak laki-laki yg takut masuk neraka karena tidak bisa menafkahi isteri, dan suka pukul ketimbang takut masuk neraka karena belum berjilbab. Padahal dalil untuk menghormati isteri ada. Apakah hanya pilah-pilih dalil yg menguntungkan saja ?
Jadi ketika Mbakyu Nikita hijrah karena ditekan suami dengan paksaan kekerasan seperti itu. Mbakyu Nikita perlu mengajak suami hijrah pula supaya ia bisa menjadi pria yang bertanggung jawab, tidak main pukul, lebih eman sama Mbakyu, dan hijrah menuju kebaikan lainnya.
Hijrah itu tidak sekedar selembar kain yg menempel di kepala Mbakyu Niki. Hijrah itu transformasi spiritual menjadi lebih manusiawi-human isme.
Misalnya orang yang dulunya melacurkan diri, terus tobat lalu mendirikan
yayasan pemberdayaan perempuan supaya bisa berwirausaha itu pun bisa disebut
sebagai hijrah kendatipun belum berjilbab.
Saya hanya sekedar memberi masukan saja sih Mbakyu, ada sebagian ustaz yang terlalu ngontrol perempuan. Mulai dari ustaz yang komentar soal riasan perempuan, cara berjalanan perempuan, sampai yg terbaru berat badan perempuan. Para ustaz youtube seneng banget nglarang perempuan ini itu dengan ngasih dalil-dalil yg nakut-nakutin.
Bayangin ajalah Mbakyu Niki, perempuan sudah bangun jam 5 pagi bikin sarapan, kalau anak sakit isteri yang ngerawat, kalau suami lelah isteri yang mijitin. Tapi kalau bikin satu kesalahan saja, langsung deh mbrojol semua dalil-dalil ancaman nerakanya. Ya ini sekedar masukan saja sih buat ustaz Youtube agar mencari pula dali-dalil yang ramah sama perempuan, dan cari juga dong dalil-dalil yang mewajibkan laki-laki jadi kepala keluarga yg bertanggung jawab dan tak maen pukul. Kan ada tuh, jadi adil.
Maksud saya begini, Mbakyu Nikita Mirzani. Menutup aurat itu memang apik tenan nek memang keyakinannya begitu. Tapi lebih baik lagi kalau itu bersumber dari pilihan sadar dari diri perempuan. Syariat berpakaian kesopanan ini sebetulnya simpel kok. Ia adalah keyakinan bahwa berpakaian kesopanan adalah wujud kesederhanaan sehingga sebagai manusia tidak memuja yang berlebih-lebiha n
dan oleh sebab itu lebih mudah mendekatkan diri kepada Tuhan. Sudah sih,
sesederhana itu.
Manusia saja yang kemudian lebay-njeblay, lalu menambah-nambah i beban
kepada perempuan. Bahwa konon katanya, perempuan berjilbab lebih taat pada
suami, lebih unyu-unyu, lebih syantik tralalala, lebih kalem. Kenyataannya
tidak juga begitu. Cantik itu sesungguhnya menurut saya inerbuty perempuan itu
sendiri. Sikap dan moralnya gimana. Saya kira kalau ada perempuan yang
berjilbab moralnya bagus banget itu luar biasa wanita idaman. Demikian juga
dengan wanita yang tak berjilbab tapi sikapnya ksatria seperti Mbakyu Najwa Syihab.
Keduanya sama-sama keren.
Pesan saya yg berikutnya, biasa aja ya Mbakyu Niki kalau udah berjilbab. Jangan tiba-tiba jadi ustadah lalu memaksakan kehendak dan dakwah marah-marah kepada yang belum berjilbab. Biarkan panggilan berjilbab itu datang dengan sendiriya dan tanpa paksaan.
Ya walaupun ada dalil yang mengatakan kewajibab menyampaikan walau seayat sih. Memang bunyinya benar begitu. Tapi menyampakian yg seayat itukan perlu ada ilmunya . Orang harus mempelajari Ulumuddin, Ilmu-ilmu sosial / sosial
science, dan Islamic Studies yg butuh waktu bertahun-tahun. Minimal harus
menamatkan study dulu di lembaga UIN/IAIN/STAIN/ Pesantren.
Mereka para Kia atau Sarjana Islam yang sudah menimba ilmu di pesantren, Madrasah Aliyah, UIN/IAIN/STAIN tentu lebih teruji keilmuwannya daripada para ustad Youtub yg kadang gak jelas riwayat studinya. Apalagi bagi para artis dan kita ini yang awamers banget ya.
Wong ulama-ulama moderat dan yang sudah teruji keilmuwannya seperti KH. Prof Safi Maarif, KH. Prof. Said Aqil, KH. Prof. Din Syamsudin, KH. Sahal Mahfud dan sarjana Islam NU - Muhammdiyah lain aja kadang wejangannya ada yang disalah artikan, dan diplintir kok, Mbakyu. Jadi mohon kerjasamanya kepada artis hijrah.
Akhirul kalam, saya sebagai fens Mbakyu Nikita Mirzani yang militan. Semoga proses hijrahnya Mbakyu Niki yang alhamdulilah sekarang sudah berjilbab, semoga dibarengi pula dengan hijrah sosial-progeres if-transformati f. Karena
masih ada perempuan yg menjadi korban human trafficik penjualan manuasia.
Hijrah berjilbabnya Mbakyu Nikita semakin mantap jika Mbakyu Niki ikut berperan
dalam kegiatan pemberdayaan perempuan. Apalagi Mbakyu Nikita Mirzani alumni
pondok pesantren Gontor yang notabene ponpes moderen yang terdepan dalam
pemberdayaan perempuan dan ekonomi.
Mbakyu Nikita Mirzani, jika ada netizen yang bilang wajah Mbakyu lebih cantik setelah pakai jilbab. Mbakyu jangan percaya, percayalah jilbab tak ada kaitannya sama sekali dengan pancaran kecantikan. Lha wong yang sudah jilbaban saja belum tentu mudah dapat pasangan dan dianggap cantik kok, Mbakyu.
Di era sekarang, cantik atau tidaknya seorang perempuan itu dinilai dari kualitas jilbabnya : mahal gak, modis gak, dan jilbabnya kekinian gak. Atau paling tidak, make up yang digunakan mahal gak.
Begitulah industri mode jilbab yang berkembang saat ini. Ketika jilbab masuk kedalam dunia industrialisasi
Para perempuan yang sudah dari kecil berjilbab dan mengenyam study pesantren di lembaga NU-Muhammadiyah
Sebetulnya kalau motivasi berjilbab ingin mendapatkan laki-laki sholeh dan intelek. Jilbab yang dipakai gak mewah dan bedakan yang sederhana saja gak masalah kok, Mbakyu. Toh justru laki-laki malah sebetulnya lebih suka yang sederhana-hana saja.
Tuntutan untuk tampil modis itu hanya tren idustrialisasi saja. Merek-merek jilbab berlomba-lomba mengenalkan model-modelnya yang ujung-ujungya kepentingan kapital perusahaan. Jadi tampil modis atau tampil sederhana itu harus datang dari hati Mbakyu Niki. Bebas-bebas saja memilih, sementara bagi para laki-laki intelektual gakda korelasinya tertarik sama perempuan hanya karena jilbabnya yang mewah-mewah seperti yang diiklan-iklanka
Mbakyu Nikita Mirzani, kebetulan saya denger berita di tv-tv Mbakyu lagi ada masalah sama Pakde Suami, Dipolatif. Saya paham, Mbakyu Nikita sakitnya bukan main jika kondisi rumah tangganya sedang tidak baik begitu. Tapi Mbakyu Nikita harus tetap tegar, setiap permasalahan pasti ada solusinya.
Makanya saya yakin hijrah Mbakyu Nikita itu ada betulnya juga. Ketika ada masalah dan tidak bisa diselesaikan lewat jalur diplomasi manusia, mendekatkan ke jalan spiritual memang kondisi yang tepat. Saya yang seminggu gak maem mie ayam aja jadi suka lebih khusu berdoa kok, Mbakyu. Dengan berdoa berharap ada yang traktir saya mie ayam, hehe.
Walaupun begitu, ada beberapa pesan yang saya bagikan buat Mbakyu Nikita Mirzani. Pesan ini saya teliti secara empiris nan berdarah-darah dari proses hijrahnya artis.
Saya amati, Mbakyu Shiren Shunkar dulu berhijrah konon katanya karena Teuku Wisnu takut tak bisa masuk surga karena istrinya gak berjilbab. Jujur saya lelah dengan video ceramah ustad di Youtube yang selalu menganggap perempuan suber dosa. Ceramah seperti itu sangat bias gender dan misoginis.
Saya punya teman yg ayahnya berpoligami, kata teman, ayahya suka maen kasar sama ibu dan adiknya dengan alasan ibunya tak memakai jilbab. Sedangkan ibunya diberi nafkah pun tidak. Ayahnya malah ngeluyur dengan isteri keduanya begitu saja.
Disitu saya mikir, kenapa tidak banyak laki-laki yg takut masuk neraka karena tidak bisa menafkahi isteri, dan suka pukul ketimbang takut masuk neraka karena belum berjilbab. Padahal dalil untuk menghormati isteri ada. Apakah hanya pilah-pilih dalil yg menguntungkan saja ?
Jadi ketika Mbakyu Nikita hijrah karena ditekan suami dengan paksaan kekerasan seperti itu. Mbakyu Nikita perlu mengajak suami hijrah pula supaya ia bisa menjadi pria yang bertanggung jawab, tidak main pukul, lebih eman sama Mbakyu, dan hijrah menuju kebaikan lainnya.
Hijrah itu tidak sekedar selembar kain yg menempel di kepala Mbakyu Niki. Hijrah itu transformasi spiritual menjadi lebih manusiawi-human
Saya hanya sekedar memberi masukan saja sih Mbakyu, ada sebagian ustaz yang terlalu ngontrol perempuan. Mulai dari ustaz yang komentar soal riasan perempuan, cara berjalanan perempuan, sampai yg terbaru berat badan perempuan. Para ustaz youtube seneng banget nglarang perempuan ini itu dengan ngasih dalil-dalil yg nakut-nakutin.
Bayangin ajalah Mbakyu Niki, perempuan sudah bangun jam 5 pagi bikin sarapan, kalau anak sakit isteri yang ngerawat, kalau suami lelah isteri yang mijitin. Tapi kalau bikin satu kesalahan saja, langsung deh mbrojol semua dalil-dalil ancaman nerakanya. Ya ini sekedar masukan saja sih buat ustaz Youtube agar mencari pula dali-dalil yang ramah sama perempuan, dan cari juga dong dalil-dalil yang mewajibkan laki-laki jadi kepala keluarga yg bertanggung jawab dan tak maen pukul. Kan ada tuh, jadi adil.
Maksud saya begini, Mbakyu Nikita Mirzani. Menutup aurat itu memang apik tenan nek memang keyakinannya begitu. Tapi lebih baik lagi kalau itu bersumber dari pilihan sadar dari diri perempuan. Syariat berpakaian kesopanan ini sebetulnya simpel kok. Ia adalah keyakinan bahwa berpakaian kesopanan adalah wujud kesederhanaan sehingga sebagai manusia tidak memuja yang berlebih-lebiha
Manusia saja yang kemudian lebay-njeblay, lalu menambah-nambah
Pesan saya yg berikutnya, biasa aja ya Mbakyu Niki kalau udah berjilbab. Jangan tiba-tiba jadi ustadah lalu memaksakan kehendak dan dakwah marah-marah kepada yang belum berjilbab. Biarkan panggilan berjilbab itu datang dengan sendiriya dan tanpa paksaan.
Ya walaupun ada dalil yang mengatakan kewajibab menyampaikan walau seayat sih. Memang bunyinya benar begitu. Tapi menyampakian yg seayat itukan perlu ada ilmunya . Orang harus mempelajari Ulumuddin, Ilmu-ilmu sosial /
Mereka para Kia atau Sarjana Islam yang sudah menimba ilmu di pesantren, Madrasah Aliyah, UIN/IAIN/STAIN tentu lebih teruji keilmuwannya daripada para ustad Youtub yg kadang gak jelas riwayat studinya. Apalagi bagi para artis dan kita ini yang awamers banget ya.
Wong ulama-ulama moderat dan yang sudah teruji keilmuwannya seperti KH. Prof Safi Maarif, KH. Prof. Said Aqil, KH. Prof. Din Syamsudin, KH. Sahal Mahfud dan sarjana Islam NU - Muhammdiyah lain aja kadang wejangannya ada yang disalah artikan, dan diplintir kok, Mbakyu. Jadi mohon kerjasamanya kepada artis hijrah.
Akhirul kalam, saya sebagai fens Mbakyu Nikita Mirzani yang militan. Semoga proses hijrahnya Mbakyu Niki yang alhamdulilah sekarang sudah berjilbab, semoga dibarengi pula dengan hijrah sosial-progeres
Salam dari fans beratmu, Lutfi Aminuddin.
EmoticonEmoticon