Tanya
Hai hai hai Mas Nyoman dan mas Lutfi yang jenaka. Perkenalkan nama saya Satrio,
tinggal di kota B, usia 28 tahun, belum menikah, dan siap menikahi wanita mana
pun yang mau.
Begini, sudah sejak lama saya ingin curhat di Pressiwa.
Berkali-kali saya mencoba menulis surat, tapi selalu urung terkirim karena malu
dan juga biasanya saran dari Mas Nyoman dan Mas Lutfi bukannya menyelesaikan
masalah, malah tambah bikin pusing.
Langsung aja ya. Di usia emas bagi pemain sepakbola
ini, saya belum pernah merasakan manisnya pacaran, memadu kasih. Kalo jatuh
cinta sih sering ya …. Tapi ya itu, saya terlalu pemalu untuk mengungkapkan.
Selain malu, saya juga memiliki perasaan takut ditolak.
Walaupun saya memiliki paras yang lumayan, ditunjang
dengan body yang proporsional, tetapi saat berhadapan dengan
wanita saya selalu “ciut”.
Sudilah kiranya Pressiwal berbagi tips agar saya bisa
percaya diri, tidak takut untuk mengungkapkan perasaan pada yang saya taksir.
Segitu saja surat dari saya. Semoga mendapat jawaban
yang memuaskan ….
Jawab
Dear Satrio yang mentalnya tak
setangguh namanya ….
Sebelumnya saya tegaskan, bahwa di Curhat Pressiwa,
kami tak mengenal istilah “jawaban yang memuaskan”, itu tidak ada dalam kamus
kami. Oleh sebab itu, saya meminta sampeyan untuk selalu siyap untuk
kecewa pada jawaban dan saran dari saya. Gratis kok minta puas. Rumangsamu…
Begini mas Satrio yang mentalnya tak setangguh
namanya. Sampeyan pengin pacaran, tapi malu dan takut ditolak. Ha ngimpiiii…
Itu sama seperti sampeyan pengin kenyang tapi nggak mau makan. Pengin tampil
setil dan klimis tapi nggak mau jungkatan. Pengin pinter tapi nggak
pernah mau buka Pressiwa… #Eh
Mas Satrio, camkan ini: “Bila kau berani jatuh cinta,
kau juga harus berani cintamu jatuh”. Itu quote yang berkali-kali
saya pakai dalam rubrik bedebah ini, tapi saya tak pernah bosan untuk
menggunakannya. Karena apa? Ya karena saya selalu mendapat curhatan macam
begini dari manusia-manusia macam sampeyan ini.
Mas Satrio, Lelaki itu menang nembak, dan perempuan
itu menang nolak. Itu sudah rule-nya. Kecuali kalau sampeyan memang
cukup memesona dan flamboyan sehingga sampai ada perempuan yang
terkintil-kintil dan rela menembak sampeyan duluan. Namun jika hal itu masih
mustahil bagi sampeyan, ya mau nggak mau, sampeyan harus memberanikan diri
untuk nembak. Bukankah katanya sampeyan punya paras tampan, punya body yang
menunjang?
Mas Satrio, saya kasih tahu, saya ini nggak punya
paras yang lumayan seperti sampeyan (jujur, saya masih ragu dengan pengakuan
sampeyan), tapi puji Tuhan, saya punya mental yang lumayan. Saya berani nembak
perempuan yang saya suka pertama kali di usia yang ketujuhbelas, lebih tepatnya
pas saat saya SMA. Jawabannya sudah barang tentu sampeyan dan segenap pembaca
tahu: Ditolak (pake “mentah-mentah”). Sedari awal, saya memang sudah
memperkirakan itu. Sebab, tujuan saya nembak memang bukan sekadar agar
diterima, namun juga sebagai pengalaman. Sakit? Lha yo sakit to yo cuk, namanya
juga ditolak.
Nah, pengalaman berikutnya malah lebih memprihatinkan.
Saya ditolak bahkan sebelum saya sempat nembak.
Pengalaman-pengalaman menyakitkan itulah yang kelak
kemudian sedikit banyak membuat saya belajar, bagaimana cara mendekati
perempuan. Sungguh, pengalaman adalah guru yang baik. Sudahlah baik, nggak pernah
nagih uang SPP lagi.
Pengalaman-pengalaman itu saya percaya sebagai pembawa
hal baik. Dan waktu memang membuktikan, setelah berkali-kali ditolak, toh saya
akhirnya bisa punya pacar juga. Saya menembak perempuan berkali-kali. Ditolak
berkali-kali, dan diterima dua kali. Dan tentu, semuanya dimulai dari berani
nembak, dan berani ditolak.
Nah, saran saya. Mulai sekarang, cobalah untuk lebih
berani. Ingat, orang berani adalah orang yang takut, sebab keberanian memang
muncul akibat kemenangan atas ketakutan. Nah, bagaimana caranya agar tidak
takut ditolak? Yakinkan diri sampeyan bahwa setiap lelaki punya daya
tariknya masing-masing. Daya tarik yang hanya dimiliki lelaki tertentu dan
hanya manjur untuk menarik perempuan tertentu. Dan untuk mengetahui
siapakah wanita tertentu itu, caranya hanya satu: gambling.
Layaknya dadu, untuk mendapatkan angka 3, sampeyan
terkadang harus melemparkannya berkali-kali dahulu. Terkadang, ada penjudi yang
di lemparan pertama langsung mendapatkan angka 3, tapi kebanyakan penjudi
mendapatkannya setelah lemparan yang kesekian kalinya.
So, mulailah melempar dadu sampeyan. Mulailah
menembak. Mulailah belajar mengungkapkan perasaan. Jangan diniatkan untuk
diterima, niatkan lah untuk cari pengalaman. Kalau ndilalah nanti
diterima, ya sukur, itu bonus, bonus karena sampeyan mendapatkan angka 3 di
lemparan yang pertama. Kalaupun nanti ditolak, itu juga bonus, sebab sampeyan
mendapat dua pengalaman: pengalaman nembak, dan pengalaman ditolak.
EmoticonEmoticon