Pressiwa.com - Hal apa yang kamu ketahui dari Kabupaten Pemalang ? Jembatan Comal yang sempat amblas beberapa tahun yang lalu, atau tempat kelahiran gembong teroris paling ngeri sejagad, si Dulmatin ?
Hal-hal itu barangkali yang kamu ingat ketika mendengar nama Pemalang. Kendati Pemalang dikenal karena hal-hal yang buruk, tapi tak selamanya Pemalang diasosiasikan demikian.
Buktinya Pemalang mempunyai nilai “branding” berupa produk pertanian yang belum tentu dimiliki kabupaten lain di Jawa Tengah. Mau tau apa itu produk pertanianya yang terkenal ? Yasudah saya beri tahu jawabanya.
Produk yang terkenal yaitu nanas madu. Walah Cuma nanas aja kok bangga. Eits tunggu dulu, nanas yang ini lain. Nanas madu yang menjadi “city branding” Kabupaten Pemalang ini begitu eksklusif, karena hanya bisa tumbuh secara baik di dataran Pemalang saja.
Nanas madu ini bisa dibilang “sok gengsinan”, karena tidak mau tumbuh di tempat selain di Pemalang, itupun hanya bisa tumbuh di Pemalang bagian Selatan, utamanya di Kecamatan Belik. Jika dikaji dengan ilmu pertanahan, atau dalam istilah kerenya geografis.
Kecamatan Belik memang memiliki unsur hara yang sangat baik bagi kelangsungan diversitas alam. Itulah mengapa nanas madu bisa tumbuh subur di daerah ini. Karena tanahnya begitu empuk, atau gembur seperti “bakpao”. Maka aroma, dan rasa daripada nanas belik ini menjadi begitu pulen, serta terasa begitu manis di lidah.
Orang-orang Desa Beluk sering menyebutnya “kemlecer.” Saking begitu manisnya, kadang-kadang para pembeli nanas madu dari luar kota seperti Purbalingga sering menggodai para penjual nanas. Terutama jika penjual nanasnya perempuan. “Walah iki kok, nanas madunya manis sekali, semanis penjualnya ah.” Begitu kira-kira, kata orang-orang Purbalingga.
Tak berlebihan si memang, sejak dasawarsa 90-an nanas madu ini memang sudah begitu terkenal di seantero jagat negeri ini, sebagai penyandang nanas yang paling manis. Baik nanas yang hasil budidaya dari Desa Beluk, ataupun Desa Gunung Tiga. Semuanya laris manis di pasaran domestik, bahkan pemasaranya hingga pasar internasional seperti Jepang.
baca juga : Marriage Counseling Jakarta, Daftar Segera
BACA JUGA: JASA PEMBUATAN minus one
Baca juga: Paket Usaha Murah Solusi Bisnis Kreatif yang Praktis
Kalau di pasar domestik tak perlu diragukan lagi. Hampir disetiap kota-kota di Indonesia. Pasti ada penjual keliling, atau distributor besar yang mangkal di setiap sudut-sudut kota. Markas besar kedua Pressiwa di kota Solo juga sering menemui penjual nanas madu dari Pemalang ini.
Mereka para penjual nanas di Solo, pembelinya saya lihat banyak sekali. Tak tahu mau membeli daganganya karena penjualnya cakep, dan "mbois", atau memang karena rasa nanasnya yang super enak. Semenjak Kabupaten Pemalang sudah tak lagi memakai slogan “Pemalang Ikhlas”, dan berganti nama menjadi “Pemalang Pusere Jawa” ada perubahan signifikan terkait gaya berpakaian masyarakatnya.
Lha masak ini penjual Nanas Madu kok pakai dasi, kayak mau pergi ngantor saja. Karena saya tertarik dengan penjual nanasnya, saya ajak ngobrol. Dari percakapan saya dengan penjual nanas yang keren itu. Ada permasalahan cukup pelik mengenai ketersedian nanas madu yang selalu kurang dalam memenuhi permintaan pasar.
Ada semacam kewalahan tak berujung, sehingga nanas selalu habis tapi permintaan terhadap nanas terus meningkat. Penyebap utama dari kelangkaan ini, tentu karena nanas madu hanya bisa di tanam di Kecamatan Belik. Itupun belum merata di semua desa.
Karena ketersediaan lahan yang kurang, maka hasil panenpun terbatas. Masalah klasikal ini sebetulnya sudah ada dari “jaman old” sampai “jaman now”, dimana dari tahun 90-an lokasi penanaman nanas tak pernah berubah yaitu hanya ditanam di Kecamatan Belik.
Padahal, upaya penanaman nanas madu di kecamatan lain seperti Randudongkal, Moga, Pulosari, Bantar Bolang, atau bahkan di Petarukan Sangat mungkin dilakukan, apalagi sudah banyak ditemui berbagai macam teknologi rekayasa iklim, dan rekayasa tanah supaya memungkinkan suatu buah yang bersifat endemik bisa tumbuh di tempat lain.
Soal teknis, banyak Sarjana Pertanian paham akan hal ini. Tinggal mau atau tidak, seorang Sarjana bergulat asik dengan lumpur. Ya semoga saja mau, kalau mau, pasti semua pembaca Pressiwa bangga.
Kalau di pasar domestik tak perlu diragukan lagi. Hampir disetiap kota-kota di Indonesia. Pasti ada penjual keliling, atau distributor besar yang mangkal di setiap sudut-sudut kota. Markas besar kedua Pressiwa di kota Solo juga sering menemui penjual nanas madu dari Pemalang ini.
Mereka para penjual nanas di Solo, pembelinya saya lihat banyak sekali. Tak tahu mau membeli daganganya karena penjualnya cakep, dan "mbois", atau memang karena rasa nanasnya yang super enak. Semenjak Kabupaten Pemalang sudah tak lagi memakai slogan “Pemalang Ikhlas”, dan berganti nama menjadi “Pemalang Pusere Jawa” ada perubahan signifikan terkait gaya berpakaian masyarakatnya.
Lha masak ini penjual Nanas Madu kok pakai dasi, kayak mau pergi ngantor saja. Karena saya tertarik dengan penjual nanasnya, saya ajak ngobrol. Dari percakapan saya dengan penjual nanas yang keren itu. Ada permasalahan cukup pelik mengenai ketersedian nanas madu yang selalu kurang dalam memenuhi permintaan pasar.
Ada semacam kewalahan tak berujung, sehingga nanas selalu habis tapi permintaan terhadap nanas terus meningkat. Penyebap utama dari kelangkaan ini, tentu karena nanas madu hanya bisa di tanam di Kecamatan Belik. Itupun belum merata di semua desa.
Karena ketersediaan lahan yang kurang, maka hasil panenpun terbatas. Masalah klasikal ini sebetulnya sudah ada dari “jaman old” sampai “jaman now”, dimana dari tahun 90-an lokasi penanaman nanas tak pernah berubah yaitu hanya ditanam di Kecamatan Belik.
Padahal, upaya penanaman nanas madu di kecamatan lain seperti Randudongkal, Moga, Pulosari, Bantar Bolang, atau bahkan di Petarukan Sangat mungkin dilakukan, apalagi sudah banyak ditemui berbagai macam teknologi rekayasa iklim, dan rekayasa tanah supaya memungkinkan suatu buah yang bersifat endemik bisa tumbuh di tempat lain.
Soal teknis, banyak Sarjana Pertanian paham akan hal ini. Tinggal mau atau tidak, seorang Sarjana bergulat asik dengan lumpur. Ya semoga saja mau, kalau mau, pasti semua pembaca Pressiwa bangga.
EmoticonEmoticon