Pressiwa.com - Jengkol memiliki cita rasa tiada duanya, “dagingnya yang krenyes-krenyes” bikin nampol di lidah bagi siapapun yang memakanya. Jengkol atau yang biasa di sebut sebagai “buah kuldi” nya orang Jawa ini memiliki aroma yang “Adi Luhung”.
Siapapun yang menghirup harumnya masakan jengkol. Sudah makan tiga piringpun, perut pasti akan lagi terasa keroncongan.
Bukanya saya “lebay-njeblay” yah. Tapi memang demikian adanya, semua orang pasti akan lahap makan, ketika lauknya menggunakan jengkol.
Kecuali orang-orang dari para kaum Front Anti Jengkol, mereka itu aca-aca nehi-nehi, alias tidak suka terhadap masakan jengkol yang kafir ini. Emang ada organisasi Front Anti Jengkol ? Kok namanya mirip dengan ormas si “nganu”, yang sering melakukan demonstrasi di “Jakarteh”.
Ya ada, namanya juga makanan, pasti ada orang yang suka ada yang tidak. Nah kali ini saya akan memberikan penelitian empiris lagi berdarah-darah, kenapa banyak orang-orang tak suka makan jengkol.
Barangkali di semester nanti kamu mau buat skripsi tentang perjengkolan lumayan kan, bisa ambil datanya dari situs Pressiwa, yuk capcus.
"Persepsi Diawal Jengkol tak Enak".
Suka atau tidaknya seseorang dalam mencicipi makanan, 80% nya di tentukan oleh persepsi seorang tersebut ketika pertama kali melihat makananya. Demikian seperti di kutip dalam buku Seri Kuliner Nusantara, Linda F. Adimidjaja.
Karena adanya fakta yang sedemikian. Boleh jadi orang-orang tidak suka makan jengkol, karena buah ini di persepsikan sebagai makanan yang kampungan. Ah, jangan-jangan setelah makan jengkol mukaku tambah tua lagi. Ah, jangan-jangan setelah makan jengkol berat badanku nambah tak karu-karuan lagi.
Segala jangan-jangan ini kadangkala yang membuat orang-orang mengurungkan niat utuk makan jengkol. Persepsi mereka memang sudah buruk sejak awal.
"Bau Jengkol yang Tak Sedap"
Mau makan jengkol tapi tak mu terkena getah baunya sebetulnya egois. Seperti ketika mau makan ikan, tapi tak ingin mendapat bau amisnya. Ini satu paket.
Mengkonsumsi jengkol memang bisa membuat kencing kamu menjadi bau, orang Pemalang sering bilang “pesing-anggring”. Tapi kendalaini tidak begitu berarti ketika kamu mengetahui teknik-teknik memasak jengkol yang tepat.
Bau jengkol bisa dihilangkan ketika direbus lama bersama daun kemangi. Ini perlu dicoba, siyapa tahu setelah baunya ilang kamu menjadi suka.
"Lidahmu yang Bermasalah."
Jika kamu sudah mempunyai persepsi yang bagus mengenai makanan, termasuk jengkol. Serta masakan berupa jengkol itu sendiri baunya sudah tidak ada lagi. Tapi kemudian kamu tetap tak menyukainya.
Mungkin ada yang salah dengan lidahmu. Bisa jadi lidahmu bermasalah karena terbiasa memakan makan “ngeropah”. Walhasil kamu tak berbakat “ngremus” masakan jengkol yang merakyat itu. Kalau begini, ya sudah “ngremus” hotdog saja. Asal jangan “ngremus” cooldog aja. Nanti tak lucu jadinya.
EmoticonEmoticon