Pressiwa.com - Di suatu pagi yang cerah hari Senin, seorang guru bertanya ke salah satu siswanya yang bolos upacara, "Kalau mau minum kopi yang nikmat, ditemani kripik pisang yang renyah sembari nyantai nonton atraksi gajah, kita harus kemana?"
Siswanya malah bingung dan tanya balik ke gurunya, "Kemana, pak?"
"Kamu nggak tau?"
"Nggak, pak!"
Gurunya heran. Garuk-garuk jidat dan lanjut garuk-garuk pantat (gatal), "Hadeehh. Kita harus ke Lampung. Semua tadi itu adalah ciri khas provinsi Lampung".
"Lampung? Saya taunya cuma begal, pak".
***
Nggak tau kenapa, kok, Lampung terkenal dengan begalnya. Padahal sebenarnya aman-aman saja. Buktinya saya. Nggak pernah dibegal. Karena setiap bepergian saya selalu membawa Kartu Anti Begal.
Sudah. Cukup. Jangan bicarakan lagi tentang begal kalau dengar nama Lampung. Begal itu ada dimana mana. Nggak di Lampung saja. Selagi masih di NKRI, begal masih berkeliaran. Karena kalau di luar negeri, pasti namanya bukan begal. Maka Waspadalah! Waspadalah! Waspadalah!
Daripada ngomongin begal yang justru mengambil hak (pusing mikirnya) pak polisi, mending ngomongin yang lain. Tapi masih tentang khasnya provinsi Lampung. Naahh.., Apa yang biasanya menjadi khas dari suatu daerah? Tentu banyak. Iya, ada banyak. Maka saya akan sebut salah satunya, yakni bahasa daerah.
Lampung sama halnya dengan daerah lain di NKRI ini terkait khas bahasa. Misalnya Jawa, daerah yang memiliki khas bahasa dengan beberapa versinya: ada jawa versi Banyumas sing ngapak, versi Jogja sing alus, dan versi Malang sing kasar.
Kalau Pemalang itu kata Redakturnya Pressiwa Toufan Adi Wijaya, tidak terlalu ngapak. Sedangkan Surakarta kata Lutfi Aminuddin sedikit berbeda dengan Jogja. Wuah begitu kanyanya bahasa kita.
Lampung juga begitu. Versinya dipisah dengan dialek "A" dan "O" atau "Api" dan "Nyo".
Dialek "A" dan "O" bedanya kebanyakan cuma di logat ngomong. Kalau yang dialek "A" banyak kata yang berakhiran dengan "A", sedangkan dialek "O" banyak kata yang berakhiran dengan "O". Contoh kata: Pigho dan Pigha artinya berapa, Di Kedo dan Dipa artinya Dimana. (Selanjutnya bisa lihat sendiri di kamus online bahasa Lampung).
Ngomongin tentang bahasa daerah, memang sangat unik. Ada ciri khasnya masing-masing. Meskipun bahasa daerah disetiap provinsi berbeda, tapi ternyata ada juga yang sama. Mulai dari tulisan bahkan pelafalannya.
Karena saya adalah orang asli Lampung (lahir-dewasa di Lampung) dan asli suku Jawa (keturunan). Maka antara bahasa Lampung-Jawa sebenarnya ada beberapa kata yang sama. Baik tulisan atau pelafalannya. Tentu dengan arti yang berbeda. Berikut saya ulas di bawah ini:
"Niku"
Dimulai dari kata Niku. Kata ini biasanya digunakan dalam bahasa jawa (alus) untuk menghormati yang lebih tua. Dalam bahasa jawa artinya adalah itu. Tapi kalau dalam bahasa lampung artinya adalah kamu. Contoh kalimatnya, "Niku di kedo?" (Kamu dimana?).
"Nutuk"
Lanjut ke Nutuk. Dalam bahasa jawa keseharian saya artinya memukul. Misal, "Ojo podo nutuki paku, berisik!". Tapi dalam bahasa lampung artinya adalah ikut. "Ikam ago nutuk kondangan" (Saya mau ikut kondangan).
"Jukuk"
"Dek, jukukno HP nang nduwur lemari!" sering saya perintahkan adik saya dengan kalimat tersebut. Maka jukuk dalam bahasa jawa berarti ambil. Tapi dalam bahasa lampung artinya rumput. Contohnya, "Kegho ino mengan jukuk" (Kera itu makan rumput).
"Kiyai"
Kata ini jelas familiar. Di bahasa jawa artinya adalah ustadz atau seorang yang alim dan patut di gugu. Kalau Anda pergi ke Lampung, maka Anda akan berjumpa dengan banyak Kiyai. Sebab Kiyai artinya adalah kakak tertua.
"Manuk"
Ini lumayan lucu. Dalam bahasa jawa sering dijadikan bahan guyonan bagi cowok, "Dasar, manukmu cilik!". Ya, Manuk dalam bahasa jawa artinya burung. Burung asli, bukan burungnya cowok. Tapi dalam bahasa lampung artinya adalah ayam. Hmm.., lalu apa bahasa lampungnya burung? Pitek? Ohh ya jelas bukan.
"Gedang"
Sepertinya kata Gedang sudah sangat meng-Indonesia. Sangat familiar. Mayoritas warga NKRI pasti tahu. Gedang itu bahasa jawa, artinya pisang. Dalam bahasa lampung juga artinya masih sama, buah. Tapi bukan pisang, melainkan pepaya. Maka kalau ada orang Lampung minta Gedang, bisa jadi ia minta pepaya.
"Lawang"
Naah..., ini kata terakhir yang saya bahas, Lawang. Kata Lawang sangat terkenal, fenomenal, bahkan sampai di filmkan "Lawang Sewu". Maka jelas semua orang sudah banyak yang tahu. Lawang dalam bahasa jawa artinya adalah pintu. Tapi, dalam bahasa lampung artinya sungguh unik, yakni
Ketujuh kata inilah yang saya ketahui memiliki kesamaan antara bahasa lampung dengan bahasa jawa. Semoga bisa menambah wawasan kita tentang bahasa daerah dan memotivasi kita untuk terus melestarikannya, serta ngerti kalau keunikan Lampung itu nggak cuma sekedar begal.
Tapi mohon berhati-hati dalam penggunaan kata-kata tersebut. Sebab kalau selip sedikit saja bisa semrawut. Misalnya ada orang jawa bilang ke orang lampung, "Mas, niku lawang njeh?". Iso-iso lambene malah ditapok. Soalnya lawang dalam bahasa Lampung artinya gila.
EmoticonEmoticon