Pressiwa.com - Bahasa merupakan alat komunikasi bagi masyarakat, tanpa menggunakan bahasa tentunya kita tidak dapat berkomunikasi dengan baik. Karena bahasa digunakan sebagai alat komunikasi yang tujuannya untuk menyampaikan maksud ataupun keinginan. Terkadang apabila kita tidak dapat menyampaikan atau menyerap maksud dari sebuah bahasa maka akan terjadi kesalahpahaman.
Bahasa Jawa merupakan alat komunikasi yang biasa digunakan oleh masyarakat Jawa. Namun keberadaannya sekarang mulai tergeser, baik oleh pengaruh moderenisasi maupun globalisasi.
Daerah Jawa sekarang lebih sering menggunakan bahasa Indonesia bahkan bahasa asing. Bahkan adik saya sendiri yang masuk pada generasi "jaman now", lebih suka ngomong “mornang-marning” daripada mengucap “sugeng enjang”.
Memang boleh-boleh saja menggunakan bahasa-bahasa tersebut. Namun kita sebagai masyarakat Jawa juga tidak boleh melupakan bahasa asal/daerah kita. Karena yang banyak kita temui sekarang ini, banyak masyarakat Jawa yang tidak tahu bahasa Jawa dengan baik, apalagi tentang unggah-ungguh basa. Karena dalam tatanan bahasa Jawa ada tingkatan-tingkatan tertentu dalam menggunakan bahasa, yaitu bahasa yang kasar dan bahasa yang halus.
Biasanya digunakan untuk membedakan usia antara penutur dan pendengar. Dalam bahasa Jawa kuno/ jaman dulu unggah-ungguh basa biasanya juga dapat digunakan sebagai pembeda strata atau golongan.
Ditengah kebingungan berbahasa daerah, beruntung saya menemukan masih ada media opini yang sangat terbuka mau menerima penggunaan idiom bahasa Jawa. Bahkan saya sebagai penulis lepas merasa senang ketika Pressiwa justru menyarankan menggunakan lokal partikel untuk setiap artikel opini yang ditulis.
“Bahasa Jawa Krama yang Mulai Dilupakan”
Dimasa sekarang ini banyak masyarakat Jawa sendiri yang kurang paham tentang bagaimana menggunakan bahasa Jawa yang baik. Banyak kita temui di lingkungan masyarakat. Seperti perkantoran, perkuliahan maupun lingkungan manapun lebih biasa menggunakan bahasa lain seperti bahasa Indonesia dan bahasa asing dibanding menggunakan bahasa Jawa, walaupun teman bicara kita juga sesama masyarakat Jawa.
Bahkan terkadang masyarakat lebih bangga menggunakan bahasa asing dibanding menggunakan bahasanya sendiri. Hal-hal hal tersebut menjadi salah satu faktor lunturnya penggunaan bahasa daerah, dalam hal ini bahasa Jawa, yang luntur dalam masyarakat.
Bahasa Jawa selain menjadi bahasa komunikasi dalam hal ini, bahasa Jawa juga menjadi kebudayaan dan warisan leluhur. Tentu kita sebagai warga negara Indonesia, tentunya masyarakat Jawa tidak mau kehilangan aset yang tak ternilai harganya ini.
Masyarakat luar negeri saja mau belajar bahasa Jawa yang baik, tentunya kita sebagai masyarakat Indonesia tentunya masyarakat Jawa harus dapat menjaga dan melestarikannya. Jangan sampai justru budaya kita yang melestarikan masyarakat luar.
Tentunya sebagai penutur asli, kita harus mau untuk selalu menjaga dan melestarikan bahasa dan budaya yang sekaligus menjadi identitas bagi kita masyarakat Jawa.
Beberapa upaya yang dapat kita lakukan untuk tetap melestarikan bahasa dan budaya Jawa antara lain, kita mulai mengajarkan bahasa Jawa dalam setiap jenjang pendidikan di wilayah Jawa. Dapat juga kita mendirikan suatu forum ataupun sanggar yang didalamnya mengajarkan kita tentang penggunaan bahasa Jawa yang baik.
Karena bahasa Jawa adalah bahasa dan budaya bagi kita, masyarakat Jawa. Maka kitalah yang wajib menjaga dan melestarikannya. Kalau bukan kita, siapa lagi ?.
Bahasa Jawa merupakan alat komunikasi yang biasa digunakan oleh masyarakat Jawa. Namun keberadaannya sekarang mulai tergeser, baik oleh pengaruh moderenisasi maupun globalisasi.
Daerah Jawa sekarang lebih sering menggunakan bahasa Indonesia bahkan bahasa asing. Bahkan adik saya sendiri yang masuk pada generasi "jaman now", lebih suka ngomong “mornang-marning” daripada mengucap “sugeng enjang”.
Memang boleh-boleh saja menggunakan bahasa-bahasa tersebut. Namun kita sebagai masyarakat Jawa juga tidak boleh melupakan bahasa asal/daerah kita. Karena yang banyak kita temui sekarang ini, banyak masyarakat Jawa yang tidak tahu bahasa Jawa dengan baik, apalagi tentang unggah-ungguh basa. Karena dalam tatanan bahasa Jawa ada tingkatan-tingkatan tertentu dalam menggunakan bahasa, yaitu bahasa yang kasar dan bahasa yang halus.
Biasanya digunakan untuk membedakan usia antara penutur dan pendengar. Dalam bahasa Jawa kuno/ jaman dulu unggah-ungguh basa biasanya juga dapat digunakan sebagai pembeda strata atau golongan.
Ditengah kebingungan berbahasa daerah, beruntung saya menemukan masih ada media opini yang sangat terbuka mau menerima penggunaan idiom bahasa Jawa. Bahkan saya sebagai penulis lepas merasa senang ketika Pressiwa justru menyarankan menggunakan lokal partikel untuk setiap artikel opini yang ditulis.
“Bahasa Jawa Krama yang Mulai Dilupakan”
Dimasa sekarang ini banyak masyarakat Jawa sendiri yang kurang paham tentang bagaimana menggunakan bahasa Jawa yang baik. Banyak kita temui di lingkungan masyarakat. Seperti perkantoran, perkuliahan maupun lingkungan manapun lebih biasa menggunakan bahasa lain seperti bahasa Indonesia dan bahasa asing dibanding menggunakan bahasa Jawa, walaupun teman bicara kita juga sesama masyarakat Jawa.
Bahkan terkadang masyarakat lebih bangga menggunakan bahasa asing dibanding menggunakan bahasanya sendiri. Hal-hal hal tersebut menjadi salah satu faktor lunturnya penggunaan bahasa daerah, dalam hal ini bahasa Jawa, yang luntur dalam masyarakat.
Bahasa Jawa selain menjadi bahasa komunikasi dalam hal ini, bahasa Jawa juga menjadi kebudayaan dan warisan leluhur. Tentu kita sebagai warga negara Indonesia, tentunya masyarakat Jawa tidak mau kehilangan aset yang tak ternilai harganya ini.
Masyarakat luar negeri saja mau belajar bahasa Jawa yang baik, tentunya kita sebagai masyarakat Indonesia tentunya masyarakat Jawa harus dapat menjaga dan melestarikannya. Jangan sampai justru budaya kita yang melestarikan masyarakat luar.
Tentunya sebagai penutur asli, kita harus mau untuk selalu menjaga dan melestarikan bahasa dan budaya yang sekaligus menjadi identitas bagi kita masyarakat Jawa.
Beberapa upaya yang dapat kita lakukan untuk tetap melestarikan bahasa dan budaya Jawa antara lain, kita mulai mengajarkan bahasa Jawa dalam setiap jenjang pendidikan di wilayah Jawa. Dapat juga kita mendirikan suatu forum ataupun sanggar yang didalamnya mengajarkan kita tentang penggunaan bahasa Jawa yang baik.
Karena bahasa Jawa adalah bahasa dan budaya bagi kita, masyarakat Jawa. Maka kitalah yang wajib menjaga dan melestarikannya. Kalau bukan kita, siapa lagi ?.
EmoticonEmoticon