Rabu, 27 Desember 2017

Mari Belajar dari Ketulusan Burung Merpati Ketika Mencintai Seseorang

Tags

Pressiwa.com - Manusia memang ahlinya soal” menye-menye”, atau berpuitis ria merayu pasangan agar jatuh hati dipelukanya. Kalau rayuan maut itu diniati serius hingga berujung pada komitmen pernikahan si tak masalah Bo. Iekye, juga setuju.

Tapi kalau rayuan maut itu digunakan hanya untuk menaklukkan seseorang lalu ketika sudah didapat, kemudian dihempaskan begitu saja apa pantas ? Bagiku si tidak pantas, karena seseorang tersebut telah menghianati kesucian cinta. Apalagi sampai menghancurkan masa depan wanita misalnya. Wuidih, itu rayuan palsu namanya.

Makanya itu, saya sebagai seorang pria sejati yang memegang teguh pada filosofi burung merpati. Tidak mudah sekali mengobral rayuan maut pada wanita. Lagian emangnya gue cowo apaan, ngobral-ngobral begitu. Emang gue penjual baju apa, yang suka ngobral-ngobral barang dagangan itu. Gak “lepel” lha ya hehe.

Maka dari itu. Para jomblowers dimanapun Anda berada. Ketika mulai mengenal cinta, tak perlulah kau mengobral-obral janji kepada gebetan, sedangkan dalam batin tidak ada sama sekali komitmen terhadapnya.

Obralan janji itu akan selalu berujung pada pseudolove ( cinta semu) jika orang-orang yang mengaku sedang jatuh cinta itu tidak ada komitmen pada entitas pernikahan, apalagi ada potensi mendua. Belajarlah pada burung merpati. Kesetiaannya tahan uji.

Ketika burung merpati mengakui dirinya telah jatuh cinta. Jarak tak jadi masalah, saudara-saudara. Bahkan burung merpati jantan, akan sigap segera mendatangi betinanya ketika sedang berada dalam bahaya, tak peduli seberapa jarak jauhnya.

Inilah mengapa ketika orang-orang sedang main aduan, kemudian merpati betina, sayapnya dikepak-kepak. Sayap tersebut dikepak-kepak tujuannya tentu agar merpati jantan dapat menyelamatkannya. Luar biasa kan, pengorbanan cinta si burung merpati itu.

Ia tidak pandai menggombal seperti kebanyakan manusia. Tapi ia cukup memberikan pengorbanan yang tulus agar pasangannya bisa terbebas dari mara bahaya.

Sayangnya ini Brey. Sifat merpati yang begitu tulus, serta setia dalam mencintai pasangannya tidak banyak dilakukan oleh manusia. Manusia malah bertindak sebaliknya sering mendua, dan tak jarang menjerumuskan pasangannya dari mara bahaya.

Kalau dipikir-pikir, kok mau sih manusia kalah dengan merpati. Gak malu Brey hewan saja bisa setia begitu.

Ah apa memang cinta itu hanyalah berujung pada semu saja ya. Jika sedari awal tak diawali dengan komitmen bersama-sama untuk terus mencintai hingga tutup usia. Entahlah, susah menjawabnya. Lebih baik saya lihat orang-orang main aduan merpati lagi, sambil nyetel dangdut Via Vallen. Yuk goyang coy.


 


EmoticonEmoticon