Saat sedang enjonya makan dan “berkongkow ria” disebuah warung makan kaki limaan di Kartasura. Tiba-tiba ada teman saya yang bertanya. Smartphone Nokia Lumia Windows Phone kamu bagus, Nokiamu pakai Android versi berapa ?
Seketika mendapat pertanyaan itu, saya berasa seperti sedang tersambar petir di siang bolong. Bagaimana mungkin, Nokia Lumia yang sudah memakai sistem operasi Windows Phone, lalu ditanya pakai Android versi berapa ? “Lha bingung iki njawabe”.
Kalau saya mau jawab pada saat itu juga, saya bisa menceritakan panjang lebar bahwa Windows Phone itu sistem operasi yang digunakan pada smartphone Nokia Lumia saya. Jadi smartphone saya tidak menggunakan sistem operasi Android. Begitulah kira-kira jawabanya. Namun saya urungkan menjawab pertanyaan itu. Saya justru menjawab dengan jawaban “Nokia Lumia Windows Phone saya pakai Android Lolipop.” Dalam hati sambil “nyengir”.
Akhir-akhir ini, memang ada kecendrungan pada penikmat teknologi mobile yang mempersepsikan bahwa semua smartphone yang canggih itu Android. Padahal tidak semua smartphone canggih yang beredar dipasaran menggunakan Android.
Android itu tidak sendirian, ada sistem operasi mobile lain pada smartphone yang juga tak kalah banyak seperti IOS pada Iphone, Windows Phone pada Nokia Lumia, Tizen pada beberapa smartphone Samsung, Sailfish pada beberapa smartphone Sony Experia, dan masih banyak lagi. Walaupun tidak sebanyak Android tentunya.
“Persepsi Jaman Now Tentang Smartphone Nokia ”
Kegagalpahaman teman saya dalam mengenali smartphone Nokia, barangkali dipicu oleh merosotnya pangsa pasar Nokia selama 10 tahun terakhir. Sebelum tahun 2009, atau ketika belum ada Android menyerang. Smartphone Nokia memang merajai ponsel dunia.
Produk mobile ternama asal Finlandia ini berhasil mengkapalkan penjualan 120 juta unit pada beberapa feture phone bertipe Nokia 3310, dan beberapa smartphone bersistem operasi Symbian seperti pada Nokia N8, dan Nokia 5800. Rekor penjualan yang fantastis ini, belum ada yang menyamainya hingga sekarang.
Namun dominasi Nokia hilang seketika, setelah merek ternama asal Korea Selatan mengusung Android sebagai sistem operasinya. Begitu juga dengan beberapa vendor Tiongkok dan Jepang seperti Lenovo, HTC, Huawei, Oppo, Vivo dan Sony yang “kemudian latah” mengikuti jejak Samsung dalam mengadopsi Android.
Android yang dilahirkan dari rahim programer ternama dunia, Andi Rubin. Kemudian mulai menggusur hegemoni produk ternama dunia seperti Nokia, dan Blackberry. Merek Nokia yang sejak dahulu kekeh tidak mau menggunakan Android, Berakibat fatal dan kuwalat. Membuatnya menenggelamkan nama Nokia sendiri.
Maka terjadilah pertanyaan gokil dimana-mana di “jaman now”. Smartphone Nokia Lumia Windows Phone kamu Android versi berapa ? Padahal Nokia Lumia tidak menggunakan Android. Sedangkan Windows Phone itu justrulah nama sebuah sistem operasinya. Jadi Windows Phone itu bukan bagian dari nama merek Nokia Lumia.
“Harapan Baru Nokia”
Pertanyaan gokil teman saya mungkin akan segera tidak menjadi gokil lagi, atau berubah menjadi garing. Jika pertanyaan itu ditujukan pada smartphone bertipe Nokia, 3, 5, 6 dan Nokia 8.
Pantaslah ditanya Nokiamu Android versi berapa jika kamu memiliki salah satu dari keempat dari tipe Nokia tersebut. Jawab saja versi Nougat. Karena memang keempat smartphone Nokia tersebut menggunakan sistem operasi Android polosan.
Keputusan Nokia menggunakan Android setelah Divisi Mobile Phone Nokia diboyong dari Microsoft Mobile ke perusahaan HMD Global pada awal tahun 2016. HMD Global banyak kalangan dinilai sukses menghadirkan perangkat Nokia Android terbaru di semua lini tipenya.
Namun pemikiran nakal saya sedikit pesimis, manakala dihadapkan pada survei IDC yang menyebut penjualan Nokia tidak mencapai 10 juta unit, dari keempat smartphone yang telah diluncurkan. Hal ini bisa dibuktikan dengan jumlah aplikasi unduhan aplikasi Nokia Mob di Playstore yang tidak mencapai 10 juta.
Penjualan smartphone Nokia ini bagi saya termasuk rendah. “Lho ko” sudah memakai Android, tapii Nokia tetap saja penjualanya rendah. Penjualan Nokia bisa jadi rendah disebapkan oleh distribusi penjualan Nokia yang kurang lancar. Setidaknya ini terjadi pada Nokia 6 yang telah dirilis sejak bulan Januari 2017, namun baru tersedia di pasaran pada bulan Agustus.
Selain itu ketatnya persaingan bisnis dari vendor Tiongkok yang sama-sama mengusung Android. Harus menjadi pelecut Nokia untuk menyajikan vitur dan keunggulan yang berbeda dari para pesaingnya. Saya melihat belum terlalu banyak vitur yang ditonjolkan pada merek Nokia Android.
Bicara soal pemasaran, Nokia juga belum menunjukan taringnya. Buktinya, para pembaca Pressiwa sampai saat ini belum menemukan iklan Nokia Android yang “ngeksis” di kolom iklan televisi, juga termasuk tidak ditemukan di outlet-outlek lokal penyedia gadget. “Iya gak Coy ? “