Pressiwa.com - Saya ingin bercerita tentang PDKT di media sosial. Beberapa waktu yang lalu, Bobby dimabuk asmara oleh wanita yang ia kenal di media sosial. Setiap hari, kerjaanya hanya memandangi layar ponsel sambil tertawa-tawa sendiri. Saya belum pernah melihat orang yang begitu lekat dengan ponselnya, seolah-olah ponsel itu adalah bagian dari tubuhnya yang tidak boleh lepas atau hilang.
“Ada apa sih kok kayaknya asyik banget?” tanya saya pada suatu hari.
“Gue kenalan sama cewek Bandung nih!” ujarnya bersemangat sambil menunjukkan foto seorang wanita di ponselnya.
“Wow keren. Sudah ketemuan ya?”
“Belum sih, tapi minggu depan kami mau ketemuan.”
“Goodluck kalau begitu,” ujar saya sambil menepuk bahunya.
Mempertimbangkan Bobby yang berpenampilan urakan, mudah gelagapan saat mengobrol, dan sudah rekor menjomlo sepuluh tahun, saya merasa skeptis. Foto profil Bobby di media sosial jauh lebih keren daripada wujud aslinya, sedangkan gebetannya terlihat seperti wanita berkelas (entah apakah aslinya memang begitu, saya tidak tahu). Kalau mereka sama-sama jatuh cinta beneran ya syukur, kalau tidak ya wajar. Saya berharap Bobby sukses, namun jujur saya tidak menaruh banyak harapan.
Dua minggu kemudian saya bertemu dengannya. Untuk pertama kalinya saya melihat ia tidak melekat dengan ponsel kesayangannya. Alat komunikasi itu terlepas dari tangannya, malah tergeletak cukup jauh dari tempat duduknya. Wajahnya terlihat murung, jari-jari tangannya saling meremas satu sama lain.
“Gimana kencannya?” tanya saya tanpa basa-basi.
“Hancur bro! Hancur!” serunya lirih. “Baru tiga puluh menit kami ngobrol terus dia alasan ke toilet dan gak balik! Gue telpon gak diangkat dan chat gue diblokir, padahal gue udah ngarep banget sama dia.”
Saya tidak kaget mendengarnya dan malah timbul satu pertanyaan besar di kepala: PDKT di media sosial itu mudah atau susah?
"The Ugly Truth About Online Dating"
Broadbandchoice.co.uk pernah melakukan survei terhadap 2.000 orang dewasa dan menemukan bahwa 50% dari mereka sudah meninggalkan PDKT konvensional di dunia nyata. Ketimbang telepon atau menemui gebetan secara langsung, mereka lebih percaya diri mendekati gebetan via media sosial atau chat terlebih dahulu.
Menariknya, Pace University menemukan bahwa pasangan yang PDKT secara online cenderung LEBIH CEPAT PUTUS ketimbang mereka yang bertemu langsung. Hal itu dikarenakan kualitas asli seseorang terlihat pada pertemuan pertama dan bukan ketika online. Jadi ketika pertama kalinya bertemu, mereka cenderung kecewa apabila gebetannya tak sesuai yang diharapkan.
Sepertinya itulah yang terjadi dengan kasus Bobby di atas. Dia punya foto profil yang luar biasa, namun di realitanya Bobby sangat biasa, atau malah mungkin jauh di bawah rata-rata. Wajar dia ditinggalkan begitu saja.
Apa yang Bobby lakukan dengan citra dunia mayanya itu memang umum. Badan penelitian OpinionMatters menemukan ada 53% orang di Amerika Serikat yang berbohong dalam profil media sosial mereka. Ada lebih dari 20% wanita yang berbohong soal penampilan, sementara pria lebih banyak berbohong soal pekerjaan dan keuangan.
Parahnya lagi, sering PDKT online juga mengindikasikan sampean sebagai orang kesepian. University of Pittsburgh melakukan penelitan pada 1.787 orang dewasa dan menemukan kalau orang yang mengunjungi sosial media lebih dari 58 kali dalam seminggu ternyata lebih kesepian daripada orang yang menggunakan sosial media kurang dari 9 kali.
Bila sampean masih lajang, coba hitung kira-kira ada berapa kali dalam satu hari mengunjungi media sosial? Saya yakin pasti lebih dari 58 kali. Daripada menghabiskan banyak waktu di media sosial, jauh lebih baik kalau sampean menambah pergaulan, mengikuti seminar pengembangan diri seperti Hitman System Online Training, atau berburu pakaian bagus yang dapat mempercantik tampilan sampean di mata lawan jenis. Hasilnya jauh lebih terasa ketimbang sibuk mention-mention-an ke lawan jenis dan berharap balasan.
Namun, tak bisa dipungkiri media sosial adalah lahan yang menjanjikan untuk cari pasangan karena nyaris semua orang memiliki setidaknya satu akun sosial media. Sepertinya sampean bisa duduk santai browsing gebetan sesuai dengan kriteria yang sampean inginkan. Namun, sampean juga harus ingat: apa pun yang sampean temukan di sana kemungkinan besar tidak seindah itu.
Bukan cuma orang lain yang berpura-pura dan menampilkan citra editan, sampean pun tanpa sadar melakukan hal yang sama lho.
Itu sebabnya walaupun PDKT online sepertinya terasa lebih mudah dan santai, namun ujung-ujungnya sampean menghabiskan banyak sekali waktu tanpa ada hasil nyata. Kalaupun ada hasil, seringkali sampean merasa tertipu, atau dia tertipu, atau kalian berdua sama-sama saling tertipu. Itulah kebenaran pahitnya.
"Online Dating vs Offline Dating"
Saya pribadi lebih menyukai PDKT di dunia nyata alias bergaul dengan orang di tempat pergaulan daripada berjam-jam chatt-ingan dengan seseorang berdasarkan foto dan biodatanya. Itu bukan berarti saya kontra dengan PDKT online. Saya sendiri mendapat pasangan dari hasil sepik menyepik di sosial media, tapi usaha itu diimbangi dengan kualitas diri menarik yang hanya bisa dilakukan lewat self upgrade di dunia nyata.
Jadi silakan bila sampean ingin PDKT secara online, tapi dengan catatan: PERBAIKI DULU KUALITAS DIRI ANDA DAN JADILAH ORANG YANG MENARIK!
Kenyataannya, teman-teman saya juga banyak yang berhasil mendapat pasangan dari media sosial dan bahkan lanjut ke jenjang pernikahan. Kenapa mereka bisa sukses mendapat pasangan dari dunia maya, sementara Bobby tidak?
Sederhana saja: karena mereka berwawasan luas, pinter bergaul, keuangannya tidak memalukan, penampilannya enak dilihat, dan segudang kelebihan lainnya yang membuat lawan jenis kesengsem. Mereka tidak menggantungkan diri pada aktivitas di media sosial, karena kehidupan pergaulan dunia nyatanya jauh lebih menarik. Mencari gebetan di dunia online media HANYA proyek sampingan, bukan sesuatu yang harus dilakukan dan diutamakan setiap hari.
Masalah utama Bobby dan jutaan orang yang PDKT online adalah mereka terlalu sibuk mempercantik tampilan media sosial dan lupa meningkatkan kualitas dirinya. Mereka bersembunyi di balik topeng media sosial karena sadar mereka punya bentuk fisik yang (mungkin) kurang bagus, susah nyambung saat ngobrol, atau penampilan mereka yang urakan, bakal ketahuan. Semua kekurangan itu bisa gampang dimanipulasi di media sosial.
sampean boleh saja memiliki foto profil yang berkilau dan jago ngobrol di sosial media, tapi apakah sampean bisa ngobrol seru secara langsung? Kalau tidak, maka sampean bisa bernasib sama dengan Bobby.
Jika penampilan dan kualitas diri sampean biasa-biasa saja, percayalah PDKT DI MEDIA SOSIAL JAUH LEBIH SULIT KETIMBANG DI DUNIA NYATA. Mau online atau offline, segala macam bentuk PDKT pasti berujung pada pertemuan. Pakar PDKT di online belum tentu jago PDKT saat bertemu. Sebaliknya, kalau sampean sudah terbiasa PDKT di dunia nyata, sampean pasti jago PDKT pula di media sosial !
Kalau diri sampean berkualitas, sampean pasti akan menemukan lebih banyak hasil dari PDKT ‘tradisional‘ (telepon, ajak kencan, dst) daripada menggoda lawan jenis di media sosial. Mengapa? Karena di dunia nyata, sampean dan si dia bisa langsung melihat apa adanya dan asyik berinteraksi tanpa ekspektasi apa-apa. Sementara di media sosial, sampean dan dia sibuk berdansa memainkan manipulasi ini itu, godaan ini-itu, pertunjukan kepedulian dan rayuan gombal yang basi. Kalaupun berhasil menggaetnya ke pertemuan, kemungkinan besar sampean akan mati gaya karena tidak mampu melakukan semua itu secara langsung.
Ingat apa yang dikatakan coach Lex dePraxis: “Kurangi aktifitas online dating karena itu semakin memelihara keminderan diri, bahkan membuat sampean BUTA akan kekurangan dan masalah-masalah sampean lainnya.” Buta akan kekurangan dan masalah maksudnya sampean berdelusi kalau diri sampean keren karena rasanya ada banyak pilihan gebetan. Misalnya pada Tinder, sampean melihat tidak punya kesulitan mendekati siapapun, mereka hanya sejauh swipe saja.
Kalaupun tidak ada yang matched, sampean tenang dan santai karena melihat ada banyak orang lain yang bisa didekati dengan mudah. Sayangnya, itu fantasi yang membutakan sampean. Realitanya, sampean tidak punya satu pun gebetan.
Dunia online penuh dengan kemilau yang membutakan. Bukan saja sampean tersilaukan oleh manipulasi foto orang lain, sampean pun terbutakan akan keterbatasan dan kekurangan diri sampean selama ini. Jangan bermimpi bisa mendapatkan seseorang yang luar biasa jika sampean sendiri masih biasa-biasa saja. Online dating bukanlah obat mujarab yang dapat memperbaiki kekurangan sampean, dan sampean akan merasakan sendiri akibatnya nanti ketika sudah bertemu dengan sang gebetan di dunia nyata.
Bila sampai saat ini sampean masih tidak percaya diri dan grogi berbicara dengan lawan jenis, gunakan waktu sekarang untuk melatih kedua kemampuan itu dengan cara mengajak ngobrol lawan jenis sesering mungkin. Bukannya sibuk berlama-lama bergerilya di aplikasi chatting dan media sosial.
Jadi sebelum melakukan PDKT online, cek dulu kehidupan sampean yang sekarang.
Apakah sampean hanya orang kesepian yang melarikan diri ke sosial media? Atau sampean hanya takut bergaul di dunia nyata? Kalau jawabannya iya, maka saya sarankan untuk mengikuti Hitman System Online Training (bagi pria) atau membaca buku Lovable Lady (bagi wanita) agar sampean punya kemampuan yang gemilang dan mempesona banyak orang.
Setelah jadi pribadi yang lebih keren, barulah coba PDKT online dan lihat perbedaannya.
EmoticonEmoticon