Pressiwa.com - Selayaknya, suatu hal yang mesti kita lakukan ketika kita diperkenankan untuk bisa kembali bertemu bulan Ramadan ialah bersujud syukur, berucap rasa syukur yang tiada henti kepada Allah Swt, sebab atas kinasih-Nya kita masih diberi kesempatan untuk menjamu tamu yang teramat mulia, yakni bulan Ramadan. Begitu mulianya kita di mata-Nya sehingga kita bisa kembali bertemu dengan bulan yang paling mulia ini.
Dengan Maha Pengasih-Nya ia membukakan pintu kepada kita untuk kembali memasuki bulan Ramadan. Dan rencana itu tentu bukan tanpa alasan. Bahkan Allah selalu punya Alasan mengapa kita bisa kembali berjumpa dengan bulan mulia ini.
Kalau kita pikir dan renungkan, betapa banyak orang-orang selain kita yang ingin sekali bertemu dengan bulan Ramadan, namun keinginan mereka itu tak terpenuhi, bahkan Allah lebih dulu berkehendak mencabut nyawanya sebelum mereka benar-benar mencicipi nikmatnya berada di bulan penuh berkah ini.
Maka, kita, yang saat ini sedang menjalankan ibadah puasa, adalah satu di antara jutaan manusia yang beruntung, lantaran kita dipilih oleh Allah untuk kembali berjumpa Ramadan. Mengapa Allah begitu peduli dengan kita sampai-sampai kita dipanjangkan umurnya hingga di bulan puasa ini?
Perlu kita ketahui bahwa Allah selalu peduli kepada semua makhluk-Nya, termasuk kita. Dan alasan mengapa Allah masih mempertemukan kita dengan bulan Ramadan ialah agar kita bisa memperbaiki diri, meningkatkan kualitas ketakwaan kita pada-Nya. Sebab, hanya takwalah yang bakal menjadikan kita manusia sempurna di mata-Nya.
Makannya, bulan Ramadan adalah bulan intropeksi diri, agar kita bisa berpikir sejauh mana kebaikan yang sudah kita lakukan; sejauh mana kita mempersiapkan bekal untuk di akhirat kelak, dan sejauh mana hubungan kita dengan-Nya dan masih banyak lagi yang mesti kita renungkan demi menjadi pribadi yang selalu diridhai oleh-Nya.
Di dalam salah satu hadisnya, Rasulullah Saw bersabda, “Bulan Rajab adalah bulan Allah, bulan Sya’ban adalah bulanku, dan bulan Ramadan adalah bulan umatku.”
Kalau mau menyitir penggalan ketiga dari hadis di atas, bahwa sejatinya bulan Ramadan dikhususkan kepada umat-nya Rasulullah dan selebihnya kepada umat manusia secara keseulurhan, sebab taburan keberkahan darinya tak hanya dirasakan olah umat Muslim, lebih dari itu non-Muslim pun merasakan keberkahannya.
Maka, amat rugi bagi mereka yang sudah diberi kesempatan emas bertemu bulan Ramadhan, namun malah mengabaikannya, bahkan parahnya lagi, tidak menjalankan kewajiban di bulan itu dengan baik, padahal bulan tersebut adalah ajang untuk memperbaiki ibadah, hati sekaligus perilaku kita kepada sesama manusia.
Boleh dikata, orang-orang yang tidak memanfaatkan bulan Ramadan ibarat orang yang telah membuang emas. Sebab bulan tersebut bagaikan emas yang memiliki nilai jual tinggi yang bisa membuat kita sebagai hamba yang mujur bila memanfatkannya secara maksimal.
Maka itu, dari mulai sekarang kita mesti sadar bahwa di bulan Ramadan, Allah ‘mengobaral pahala’ kepada kita. Maka, jika kita mengabaikannya, dengan bekal apakah kita menghadap-Nya kelak.
Dengan Maha Pengampun-Nya, di bulan mulia ini Allah mengampuni segala salah dan dosa baik disengaja maupun yang tidak, sebab di bulan ini pintu ampuanan terbuka lebar-lebar untuk kita semua.
Yang perlu dan harus kita pikirkan ialah, bahwa kita tak bisa menerka apakah tahun depan kita bisa bertemu lagi dengan Ramadhan atau tidak. Maka, berbekal ketidaktahuan itu, kita harus memanfaatkan bulan Ramadan tahun ini sebaik dan semaksimal mungkin. Karena, dengan cara begitu, kita tak akan lagi menyesal jika ‘seandainya’ kita tidak lagi dipertemukan dengan bulan Ramadan di tahun yang akan datang.
Akhirnya, kita memohon kepada Allah, mudah-mudahan umur kita selalu dipajangakan oleh-Nya, sehingga kita bisa bertemu dengan bulan Ramadan berikutnya.
Selamat menunaikan ibadah Ramadan bagi menjalankannya.
Penulis : Rinhaldi Aldo
Penikmat Novel dan Karya Sastra Lama
EmoticonEmoticon